March 4, 2009

Kahlil Gibran

“dipetik dari Trilogi Hikmah Abadi : An-Naby wa Al-Hadiqatu An Naby, Kairo (t.p) 1971)”

Tentang Cinta : Apabila cinta memanggilmu, ikutlah dengannya,meski jalan yang kalian tempuh terjal dan berliku. Dan pabila sayap-sayapnya merengkuhmu, pasrahlah dan menyerahlah, meskipun pedang yang tersembunyi di balik sayap itu akan melukaimu. Cinta takkan memberikan apa-apa pada kalian, kecuali keseluruhan dirinya, dan ia pun tidak mengambil apa-apa dari kalian kecuali dari dirinya sendiri.

Tentang Perkawinan : Kalian diciptakan berpasang-pasangan, dan selamanya pula kalian akan berpasangan. Saling mengasihilah tapi jangan jadikan cinta sebagai belenggu. Bernyanyi dan menarilah bersama dalam segala suka dan duka, dan sisakan ruang bagi masing-masing untuk menghayati ketunggalannya.

Tentang Keturunan : Anak-anak kalian itu bukanlah anak-anak kalian. Mereka adalah anak-anak kehidupan yang merindukan kehidupannya sendiri. Kalian berhak membuatkan rumah untuk tubuh-tubuh, tapi bukan untuk jiwa-jiwa mereka. Sebab jiwa-jiwa mereka adalah penghuni masa depan yang tiada dapat kalian kunjungi, meskipun hanya dalam mimpi.

Tentang Pemberian : Sesungguhnya yang terjadi adalah, kehidupan memberi kepada kehidupan. Sedang kalian yang merasa diri sebagai pemberi, tidak lebih dari sekedar saksi.

Tentang Kerja : Ketika bekerja, kalian bagaikan sepucuk seruling yang menjadi jalan bagi bisikan waktu untuk menjelma menjadi lagu. Mencintai kehidupan dengan bekerja, adalah menyelami rahasia hidup yang paling dalam. Tapi aku berkata bahwa hidup memang kegelapan, jika tanpa hasrat dan keinginan. Dan hasrat dan keinginan adalah buta, jika tidak disertai pengetahuan. Dan segala pengetahuan adalah hampa, jika tidak diikuti pekerjaan. Dan setiap pekerjaan akan sia-sia, jika tidak disertai cinta.

Tentang Kesenangan dan Kesedihan : Kesenangan adalah kesedihan yang terbuka kedoknya. Sebab dari sumber yang sama yang melahirkan tawa, betapa seringnya ia mengalirkan air mata. Hakikatnya, kalian ditempatkan tepat di tengah timbangan, yang adil, antara kesenangan dan kesedihan.

Tentang Kebebasan : Hatiku menangis air mata darah, karena aku tahu bahwa kalian hanya dapat bebas sepenuhnya jika dapat menyadari bahwa keinginan bebas pun merupakan belenggu bagi jiwa-jiwa kalian – jika kalian telah dapat berhenti bicara tentang kebebasan, hari-hari kalian tiada kosong lagi dari beban pikiran dan malam-malam kalian juga tiada sepi dari duka dan kesedihan.

Tentang Doa : Doa tidak lain adalah penyatuan diri dengan denyut nadi semesta. Kalian akan mendengar dalam diam : “Tuhanku yang Agung, kehendak-Mu yang berlaku dalam diriku, mengganti malam milik-Mu menjadi hari-hari juga milik-Mu. Kami tak kuasa meminta, karena Engkau Makatahu kebutuhan kami, bahkan sebelum kebutuhan itu menjadi kebutuhan – Engkaulah kebutuhan kami yang sejati.

Amen.
Big thanks to Pakde “romo” Ag. Sukandar, nyuwun pangapunten bukunya lama dipinjam, maklum satu hari bacanya satu kalimat.
Mahendraswari©04032009

2 comments:

Lambang said...

Salam kenal mbak Cecil,

Dominus Illuminatio Mea, Tuhanku adalah Cahayaku.
Kemarin saya baru saja posting kata-kata ini di artikel syair Kahlil Gibran. Dari Mazmur ya kalau ngga' salah.

Salam.

file skripsi said...

mantap